Translate

Rabu, 17 Oktober 2012

MANDIKAN AKU BUNDA

(Kisah yg menginspirasi)

Saya hanya ingin bertutur tentang seorang sahabat, sebut saja namanya rany (nama samaran). Semasa kuliah ia tergolong orang yg otaknya cemerlang dan memiliki idealisme yg tinggi. Sejak awal sikap dan konsep dirinya sdh jelas, meraih yg terbaik dlm akademis maupun bidang profesi yg akan digelutinya. Ketika Universitas mengirimnya untuk mengajari hukum international di Universitas Utrecht. di negrinya bunga tulip, beruntung Rany terus melangkah

Beruntung pula Rany mendapatkan pendamping yg setara dengan dirinya, sama-sama berprestasi meski beda profesi. Alifya baru saja lahir dari buah cinta mereka ketika Rany baru di angkat sebagai Staf Diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami Rany meraih PhD. Konon nama putra mereka diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan terakhir "ya,'' jadilah nama yg enak didenganr Alifya

Ketika Alif, panggilan putranya itu berumur 6 bulan, kesibukan rany semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi. Saya pernah bertanya "Tidakah si Alif terlalau kecil untuk di tinggal?" Dengan sigap Rany menjawab : Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Everyting is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sisternya betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yg lincah, cerdas dan pengertian

Kakaek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayangnya itu tetang ibu bapaknya. Contohlah "ayah bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalau nenek Alif ibunya Rany bertututr disela-sela dongeng menjelang tidurnya

Ketika Alif bereusia 3 tahun, Rany bercerita kalau ALIF MINTA ADIK. Waktu itu ia dan suaminya memjelaskan dengan penuh kasih sayang bahwa kesibukan mereka belum memugkinkan untuk menghadirkan adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini memahami orang tuanya. Bahkan Rany menyebutnya malaikat kecil, sunggup keluarga yg bahagia

Suatu hari menjelang Rany ke kantor, entah kenapa Alif menolak dimandikan oleh Baeby sisternya, "Alif ingin bunda mandikan," ujarnya. Karuan saja saja Rany yg detik-demi detik waktunya sangat diperhitunkan, menjadi gusar. Tak urung suaminyas turut membujuk agar Alif mau dimandikan bu Mien, bebey sisternya. Peristiwa ini berulang samapi hampir sepekan, "Bunda mandikan Alif,"Begitu setiap hari.

Suatu sore sy (temen Rany) dikejutkan telphonnya Mien, sang baby sister. "Bu Dokter, Alif demam dan kejang-kejang, sekarang di Emergency," Setengah terbang, sayapun ngebut ke UGD. "But is was toolate" Tuhan sudah punya rencana lain. Alif si malaikat kecil di panggil sang pemilikNya.

Rany, bunda tercintanya yg ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya, shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunta keinginan dia adalah memandikan anaknya. Itu memang Rany lalukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku tak bernyawa. "Ini bunda lif, bunda mandikan Alif," ucapnya lirih , namun teramat pedih.

Ketika tanah merah mengubur jasat si kecil, kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rany sahabatku yg tegar itu berkata : "Ini sudah takdir, iya kan? aku di sebelahnya atau di sebrang lautan, kalau sdh saatnya, dia pergi juga kan? Saya diam saja mendengarkan. "Ini konsekuensi dari sebuah pilihan" lanjutnya lagi, tetap tegar dan kuat

Henning sejenak para pelayat sdh pulang, yg ada adalah seorang ibu di atas gundukan tanah kuburan anaknya. Angin senja berbaur aroma kamboja, tiba-tiba Rany tertunduk, ''AKU IBUNYA'' serunya kemudian,"Bangun Lif, bunda mau mandikan Alif, beri kesempatan bunda sekali saja, Lif. Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-kais gundukan tanah merah.

Hanya saja, sekiranya si kecil kita juga bergelayut, "Mandikan aku bunda," AKANKAH KITA MENOLAK ? Ataukah menunggu sampai terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar